Review about Sony DSC H200

Bulan Desember 2013 lalu ane lagi jalan-jalan di sebuah Mall di kota Surabaya, mampir ke sebuah stand elektronik yang juga menjual berbagai jenis kamera, trus ane muter-muter disitu, liat dan pegang berbagai macam kamera pocket digital yang ada di display. Ane yang waktu itu belum punya kamera pocket P&S (point & shoot) jadi kesengsem pengen beli salah satu kamera di toko tersebut.. 

Hari itu ane ngga langsung beli, ane pulang dulu, minta ijin ama istri (yang sejatinya merupakan "pemegang kekuasaan mengenai keuangan" ane) plus merayu pula untuk mendapatkan ijin membeli kamera pocket digital yang ane lihat berkisar 1 s/d 2 juta rupiah tersebut.

Setelah mengeluarkan berbagai jurus rayuan dan alasan, akhirnya ane mendapatkan ijin membeli kamera pocket dengan budget maximal 2 juta rupiah. Dengan hati bahagia ane berangkat ke stand toko penjual kamera bersama istri yang.. Uh.. Meminta imbalan dibelikan sepatu yang mahal sebagai ganti ane boleh beli kamera pocket.. 

Sesampainya di lokasi, ane langsung aja nyamperin salah satu pegawai toko tersebut, dan menanyakan pilihan apa aja yang bisa ane dapat dengan duit 2 juta..

Muncul berbagai pilihan kamera (ane lupa apa pilihan yang lain), dan pada akhirnya ane jatuh hati pada kamera prosumer Sony DSC H200 seharga Rp. 2.099.000,- (ada tulisan "Discount" dari harga asli Rp. 2.499.000,- pula) pada waktu itu, dalam hati ane "wah keren banget ini kamera prosumer tapi harganya murah bener, pas ama budget dari istri ane, mana pake batrei AA pula, lebih fleksibel.., daripada beli kamera pocket yang notabene harganya sebanding, mending ane beli nih prosumer". 

Tanpa pikir panjang, langsung aja ane beli tuh kamera (yang akhirnya batal membeli kamera pocket, malah jadi membeli prosumer..), kebetulan stock-nya tinggal sebiji (yah karena tuh Sony DSC H200 emang baru aja discontinued, pantas aja di diskon).
Yang ane dapetin dari pembelian Sony DSC H200 saat itu adalah:

1. Body + lensa kit 22-580 (menyatu ), lengkap ama lens cap
2. Batrei Sony CycleEnergy 2200Mah x4 biji plus Charger CycleEnergy
3. Kabel data dan Strap ukuran standart


Trus ane tanya ama si penjual "lho mas, apa ga dapet memory atau tas nih?" 
Si penjual jawab "dapet mas kalo mas beli sendiri, nih kami ada memory dan tas bla bla bla.." 
...
Oke.., ane (lagi-lagi) harus memohon minta ijin tambahan budget dari istri ane untuk membeli perangkat sbb:

1. Memory Stick Pro HG Duo MarkII 8Gb
2. Screen guard 3" untuk LCD
3. Tas kamera "Iyotec"


Sepulang dari mall (dengan membawa dus sepatu dan kamera), ane langsung aja coba performa Sony DSC H200 baru ane, sebelumnya tentu saja ane baca-baca sedikit cara pengoperasian prosumer tersebut di buku manualnya..
Spesifikasi utama prosumer ini adalah:

20.1 Megapixels
26x Optical zoom (4-104mm, 35mm equivalent: 22-580mm)
720p HD video
Full manual mode
Panorama mode
Shutter speed 30" s/d 1/1500
ISO 80 s/d 3200
Optical Steady shot (macem IS/VR)
Beberapa efek/style built in

Spesifikasi teknis selengkapnya dapat dilihat di web Sony berikut.

Berikut penampakan Sony DSC H200 ane (mungkin agan-agan sekalian sudah pernah melihat di FJB, yang karena.., entah kenapa, ada cukup banyak agan yang menjual prosumer ini (2nd)). 
Spoiler for Sony DSC H200 unbox

Spoiler for Perangkat tambahan

Kesan pertama ane mencoba grip prosumer ini adalah "nyaman", pas banget di genggaman tangan ane, bahkan menurut ane, grip Sony DSC H200 ini lebih enak dan leluasa digenggam daripada DSLR Nikon D3100/3200 (yang pernah ane pinjam dari seseorang, no offense for D3100/3200 user, ini hanya pendapat pribadi ane), berat-nya pun sekelas DSLR, yaitu sekitar 500g, cukup berat untuk ukuran prosumer entry.., mungkin karena pemakaian 4 biji batrei AA yang notabene lebih berat daripada satu batrei Lithium kotak.
Spoiler for Sony DSC H200 closer look



Body Sony DSC H200 juga bertekstur, selain membuat penampilan terlihat mewah juga agar body tersebut tidak mudah meninggalkan bekas goresan dan kotoran. 

Dibagian atas kiri terdapat pengaturan mode switch dan shutter serta tuas zoom yang posisinya menggantikan tuas on/off pada Nikon DSLR (mengelilingi shutter, seperti kebanyakan pocket kamera), sehingga agan-agan sekalian dapat mengoperasikan Sony DSC H200 ini secara one handed alias hanya menggunakan satu tangan (kanan), kecuali kalau agan ingin menggunakan flash internal, karena tombol untuk membuka flash ada di bagian kanan depan. Selain tombol tersebut, tombol pengoperasian lainnya dapat dengan mudah dilakukan dengan satu tangan saja.

Beikut penampakan bagian LCD Sony DSC-H200, memiliki menu-menu yang cukup komplit untuk kamera seharga 2 juta-an, dan tentu saja, manual mode yang membuat agan-agan dapat merasakan setting ala DSLR, mengatur "segitiga exposure" sesuka hati (shutter speed, aperture, ISO).
Spoiler for Sony DSC-H200 back

Selain mode Manual, Sony DSC H200 juga mempunyai pilihan mode lain yaitu: Program Auto, Panorama, Intelligent Auto, Scene, dan tentu Movie mode untuk merekam video.

Scene adalah mode yang sangat berguna bagi pemula (seperti pada pocket kamera) untuk menggunakan prosumer ini, agan-agan tinggal memilih scene yang sesuai dengan kondisi pemotretan, pilihan dalam mode scene ini adalah: Soft Snap, Soft Skin, Night Portrait, Night Scene, High Sensitivity, Beach, Snow, Fireworks, Gourmet, Pet Mode, Landscape.

Intelligent Auto, juga terdapat pada beberapa jenis pocket kamera, dimana mode ini dapat mendeteksi keadaan secara dinamis untuk menentukan hasil dari berbagai kondisi pemotretan secara otomatis. Misalnya mengatur pencahayaan, pergerakan objek, dll, sehingga memperoleh exposure yang tepat di setiap kondisi pemotretan yang berubah-ubah.

Panorama, merupakan salah satu mode yang ane suka pada Sony DSC H200 ini yang bahkan tidak terdapat pada kamera DSLR Canon ane. Cara kerjanya mirip seperti merekam video, yaitu dengan menggeser/mengubah sudut pengambilan gambar kamera secara horizontal atau vertical (pokoknya garis lurus) untuk mendapatkan satu gambar panorama.
(Pada DSLR Canon ane, ane kudu memotret beberapa frame sekaligus kemudian digabungin pake software PhotoStitch).

Mode ProgramAuto, adalah mode basic yang ada di setiap kamera pocket, yang sepertinya tidak perlu ane jelaskan lagi. 
Spoiler for Menu pada LCD


Sony DSC H200 ini memiliki berbagai picture effect antara lain: Toy camera, Pop Color, Partial Color, Soft High-key.

Toy camera adalah efek yang banyak terdapat diberbagai jenis kamera, bahkan kamera HP, yaitu membuat keempat ujung frame menghitam (secara gradasi membentuk lingkaran).

Pop color adalah efek yang membuat warna menjadi sangat tajam, semacam vivid setting, tetapi lebih parah, makanya efek ini kaga pernah ane gunain.

Partial color, efek yang membuat warna tertentu saja yang muncul, misal: objek warna merah saja yang berwarna, sedangkan warna lainnya menjadi hitam putih. Ane cukup suka dengan efek satu ini.

Soft High Key, memberikan exposure lebih (overexposure) sekaligus kontras yang balance, menjadikan objek foto mempunyai tingkat highlight tinggi.

Sony DSC H200 memiliki:
3 mode Metering: Evaluative, Center Weighted, dan Spot.
3 mode Auto focus: Multi, Center, dan Spot.
Fitur penting lain yang juga terdapat pada DSLR Sony Alpha (atau DSLT?) adalah Dynamic Range Optimizer (DRO) yaitu fitur untuk mengoptimalkan pencahayaan yang terlalu kontras pada frame (Semacam Auto Lighting Optimizer pada Canon DSLR), dan juga Tracking Focus (Semacam Lock-on focus pada DSLR Sony Alpha) yang memungkinkan agan-agan melakukan kunci fokus pada satu object tertentu didalam frame, sekalipun object atau kamera bergerak, fokus akan tetap mengunci di satu object tadi. Nice feature! 

Beberapa fitur tambahan seperti timer, face detection, smile detection, juga terdapat pada menu Sony DSC H200.

Selain 26x Optical zoom (setara lensa telephoto 580mm) yang memiliki range luar biasa jauhnya, Sony DSC H200 masih dapat melakukan extended zoom, tambahan sampai 52x, tapi sayangnya.. Digital zoom.. Karena itu kaga pernah ane gunain. Gambar yang dihasilkan dari optical zoom 26x ini pun memiliki detail yang masih cukup tajam, asalkan.. Pencahayaan cukup untuk kamera melakukan fokus, plus agan menggunakan setelan shutter speed cepat (diatas 1/100, tergantung kemampuan stabilitas grip tangan) atau menggunakan tripod.., hasilnya akan sangat memuaskan. 
Berikut ane berikan contoh hasil foto normal tanpa zoom dan dengan 26x optical zoom yang ane ambil di sore hari.
Spoiler for No zoom, 22mm, 1/400s, f/9.7, ISO-80

Spoiler for No zoom, 100% crop

Spoiler for 26x Zoom, 580mm, 1/50s, f/18.5, ISO-80

Spoiler for 26x Zoom, setting sama

Hasil foto yang masih detail dan tetap tajam pada penggunaan zoom 26x yang "susah" didapatkan pada kamera DSLR.. Ya, ane bilang susah.., karena untuk bisa mendapatkan focal length setara 580mm itu paling tidak kita harus membeli dulu lensa telefoto yang cukup mahal (bisa buat beli Sony DSC H200 satu lagi nih) 

Memang inilah salah satu kelebihan prosumer dibandingkan DSLR, yaitu memiliki lensa dengan focal length range yang besar.. Padahal lensa bawaannya cuman pendek gitu.., itu semua karena sensor yang dimiliki prosumer entry level yang rata-rata berukuran kecil (pada Sony DSC H200 adalah 1/2.3 atau 7.76mm), sehingga pengkalian untuk focal length pada lensa menjadi sangar besar. 

Kualitas gambar yang diambil oleh Sony DSC H200 ini cukup memuaskan, dengan ukuran megapixel yang besar sehingga agan-agan akan lebih leluasa untuk melakukan crop pada hasil gambarnya. Tetapi untuk hasil 100% crop atau view 1:1 real size, sekalipun pada setting ISO terendah (ISO-80), akan terlihat grain, atau bintik-bintik merah pada sebagian besar frame, terutama di bagian yang tidak tercahayai dengan baik.
Spoiler for 22mm, 1/125s, f/9.7, ISO-80

Spoiler for 1:1 size image, 100% crop

Memang itulah konsekuensi yang harus diambil dari sensor Super HAD CCD berukuran kecil. Tapi apabila hasil jepretan agan buka di PC/laptop dengan resolusi 1360x769 (fit image), atau di print dengan ukuran 4R/5R, bintik merah dan grain tersebut dijamin tidak akan nampak.. 

Hasil jepretan macro pada Sony DSC H200 juga luar biasa, agan-agan dapat melakukan pengambilan gambar macro terdekat bahkan sampai 2cm kurang di depan lensa! Hal ini ga bakal isa dilakukan kamera DSLR dengan lensa non-macro (kit misalnya)
Hanya ada 2 syarat.., pencahayaan cukup, dan focal length di set pada 79mm (atau 3.5x Optical zoom). Berikut contoh hasil foto berjarak sekitar 2cm dari object (bunga)
Spoiler for 79mm, 1/30s, f/4.3, ISO-80

Spoiler for Foto dari jarak sekitar 50cm..

Yang merupakan kelemahan terbesar Sony DSC H200 adalah saturasi pada beberapa kondisi tertentu, sehingga warna objek terlihat kurang cerah dan "hidup", tapi tenang aja, masalah itu bisa diselesaikan dengan mudah pake Photoshop/Lightroom. Yang susah diselesaikan adalah masalah grain/noise yang berlebihan, terutama pada setting ISO yang agak tinggi (diatas 400), sampai di ISO-1600 dimana.. Duh.. Mendingan ane kaga usah ambil gambar daripada kudu jepret dengan ISO 1600.. 
Berikut perbandingannya:
Spoiler for ISO-800

Spoiler for ISO-1600

Spoiler for ISO-3200

Note: Gambar perbandingan ISO diatas adalah hasil resize dari ukuran asli menjadi 800x600, gambar dibawah berikut akan menampakkan perbedaan yang lebih jelas (1:1 crop, 800x600) pada foto makro taplak meja ane.
Spoiler for 79mm, ISO-100

Spoiler for ISO-3200

Satu kesimpulan ane, menaikkan ISO pada Sony DSC H200 sampai 800 atau lebih bakalan membuat kualitas foto agan terlihat bagaikan foto yang diambil pake kamera HP VGA jaman Nokia 6600 
Warna hilang, detail hilang, bahkan kerasa seperti ga fokus..
Hanya bedanya, dengan resolusi jauh lebih tinggi..
Oh iya, ane lupa bilang, foto-foto diatas diambil menggunakan cahaya lampu neon kamar watt kecil 

Untuk melengkapi review ane, akan ane tambahin hasil foto menggunakan flash dengan setting ProgramAuto berikut:
Spoiler for Flash on, 22mm, 1/30s, f/3.1, ISO-200

Kelihatan blur ya? Ya memang tidak fokus, bukan karena tangan ane bergetar, karena sekalipun tangan ane bergetar, setting flash on itu bikin semua gerakan membeku (tau kan kenapa?).., tetapi karena saat ane ambil gambar tersebut, keadaan kamar gelap total alias lampu ane matiin, AF illuminator sih udah on, tetapi karena saking gelapnya fokus jadi gagal terus.., nih satu lagi kelemahan Sony DSC H200, yaitu tidak dapat melakukan fokus pada object di tempat gelap atau memiliki sedikit cahaya, serta berjarak jauh (lebih dari 1-2 meter) karena sinar merah dari AF illuminator pun menjadi tidak akan berfungsi karena jarak yang terlalu jauh. 

Karena itu ane mengulang, mengambil gambar ditempat yang mempunyai cahaya cukup, yaitu.. Meja makan ane (beserta perangkat-perangkatnya) 
Spoiler for 79mm, 1/60s, f/4.3, ISO-200

Spoiler for 1:1 Crop (800x600)

Tambahan lagi, ini bahasan yang terakhir deh, ane janji.. 
Hasil foto pada kondisi yang melawan cahaya matahari dengan mode ProgramAuto, adalah sebagai berikut.. Silakan agan-agan sekalian judge sendiri hasilnya.. Kalau pengen hasil yang lebih baik, sebaiknya agan lakukan pengambilan gambar dengan mode Manual apabila kondisi pencahayaannya abnormal (terlalu gelap/terang), atau minimal.. Scene selection mode, pilih scene yang cocok dengan situasi.
Spoiler for Program Auto, ISO-400

Kesimpulan ane untuk Sony DSC H200 ini adalah sebuah kamera prosumer entry level yang hebat.. 
Ya, setidaknya dengan harga segitu agan-agan bisa mendapatkan foto berkualitas cukup tinggi dikelasnya (tapi tentu aja kalo pake setting ISO paling kecil) dengan ukuran 20.1 Mpx. Nilai lain yang patut dipertimbangkan adalah kemampuan makro dengan jarak kurang dari 2cm didepan lensa, hasil detail-nya pun luar biasa, serta kemampuan telefoto setara dengan lensa 580mm (full frame 35mm equivalent lho). Cocok juga untuk pemula yang pengen merasakan feel ambilan gambar secara full manual dan bisa buat bergaya karena bodynya DSLR-like

Pendapat ane pribadi nih prosumer sangat berguna banget sekalipun ane udah ada DSLR, ukuran compact, cukup bawa tas kecil, punya lensa super all around dari makro sampai ke telefoto yang pendek dan nempel, kaga perlu ganti-ganti, scene selection dan intelligent auto mode untuk pemotretan dinamis, sampai ke mode manual, dan satu yang terakhir.. Batrei AA! Bayangin aja deh kenapa ane suka kalo bawa-bawa kamera yang pake batrei AA ke tempat-tempat wisata.. 
Value for money banget deh nih prosumer. 

Saingan dengan harga yang kaga terpaut jauh:
Nikon Coolpix L820 
Sony DSC H300 (discontinued juga)

sumber : Kaskus
Previous
Next Post »